Trip Melipir : Hai Jakarta (2)

3:23:00 PM



Saking mood nya, hari ini mau bikin dua tulisan hahaha.
Kali ini soal trip melipir ke….. Jakarta lagi hahaha. Melanjutkan Hai Jakarta 1.


Jadi setelah jalan – jalan sama tante, sepupu, dan teteh, besoknya aku pulang. Awalnya mau balik minggu, 24 September 2017. Biar puas jalan – jalan dan makan – makan. Udah beli tiket juga berdua sama temenku. Eh ternyata. Gagal. Gara – gara skripsi. Skripsi ini lumayan susah di subjek. Karena jadwal dikasih sama subjek, jadinya begitu ada calling-an mau gak mau, bisa gak bisa. Pokoknya harus jadi. Dan calling-an itu datang tepat di tanggal 24. Wah gila sih. Terpaksa harus reschedule tiket dan bayar tambahan 25% dari harga tiket. Baliknya tanggal 22 untuk ngilangin encok sehari. Yah…

Bukan Devi kalau nyerah gitu aja. Setelah muter otak dan sedikit persuasif ke rekan selomba, akhirnya dia mau diajak jalan – jalan kayak anak ilang hahaha. Perkenalkan, namanya adalah Agnes. Bisa dipanggil Nes, atau Agnes aja. Dia ini temen yang aku temuin (hahaha) pas aku masuk jurusan psikologi sosial. Temen magang dan temen yang suka ngajakin aku lomba. Temenan sama dia bawaannya gak bisa diem. Bawaannya pengen gerak terus ngelakuin banyak hal. Ibarat lampu, mungkin dia watt 25. Terang banget, sampai bisa menerangi orang – orang yang deket sama dia. Temen yang ternyata klik banget setelah tiga tahun temenan, nyambung dalam segala hal. Dari mulai ngomong serius sampai yang negatif kayak ngomongin orang. Dari yang awalnya gak receh sekarang jadi renyah banget, semoga gak gara – gara ketularan aku.


Oke lanjut. Untuk destinasi jalan – jalan kemana, aku yang nentuin. Karena seluruh tempat di Jakarta rata – rata dia udah pernah kesana. Yaiyalah rumahnya. Aku akhirnya milih Museum Nasional Indonesia aja. Satu tujuan aja soalnya ngejar jadwal kereta sore. Aku baru keluar Depok jam setengah 9 pagi dan itu pun kejebat macet unyu di jalan hahaha. Untung Pak Nali yang bawa mobil baik. Ngajakin ngomong ngalor ngidul. Dua jam dijalan gak kerasa. Apalagi mobilnya dibawa kawasan elit, beliau nunjukin ke aku rumahnya Megawati dan tokoh – tokoh lain. Katanya, kapan lagi Neng kalau gak di Jakarta yak. Mantap lah Pak.

Begitu sampai stasiun Gambir, sekitar jam setengah 11. Sebenernya balik lewat Senen, sengaja transit di Gambir karena butuh tempat penitipan tas, yang sudah aku tulis di post sebelum ini. Agnes ternyata masih belum sampai. Aku puterin aja tuh Gambir ujung ke ujung. Laper. Makan. Gak lama, Agnes datang. Mulailah petualangan kita kali ini.

Agnes ternyata ngajak aku ke Galeri Nasional Indonesia. Tempatnya pas di depan pintu masuk timur Gambir. Serius aku gak paham tempat apa ini, awalnya. Tapi ternyata ini tempat yang penuh dengan karya – karya keren. Bahagia banget bisa kesini. Jadi galeri ini isinya karya – karya seni kontemporer dan selalu berganti koleksi setiap bulannya. Senimannya dari berbagai daerah di Indonesia. Awal masuk, akan ketemu patung – patung yang kalau pakai bahasa anak sekarang, artsy  parah. 

Kalau lihat ini, kalian di tempat yang benar.

Welcome to Galnas!

Salah satu patung artsy 

Disamping gedung masih ada

Nih samping gedungnya. Lucu gak sih.


Setelah itu, langsung masuk gedung utama untuk titip barang – barang. Yang boleh dibawa cuma kamera aja. Karena didalam banyak benda mahal kali ya dan untuk menghindari sesuatu hal yang tidak diinginkan. Misalnya kamu diminta ganti rugi karena coret – coret patung pakai bolpoin yang kamu bawa di tasmu. Atau aksi konyol lainnya.

Untuk koleksinya waktu itu, cukup mind blown. Habis lihat kayak ada aja ide yang muncul. Refreshing juga, karena kalau lihat karya seni sebenernya kita sedang melatih rasa yang ada dalam diri kita. Dan rasa memang harus sering – sering dikasih ‘makanan’. Apalagi kalau kamu ngerti seni. Aku sendiri gak tau bisa dikatakan ‘ngerti’ atau enggak. Tapi lahir di keluarga yang punya darah seni mungkin sedikit mempengaruhi caraku berpikir dan mengapresiasi karya orang lain. Yang pasti, seni selalu menarik untuk dibahas.
Love

Keliatan gak, siapa tuh yang lagi menggembala ? 

Padahal begini aja kenapa suka dan indah ya?

Kerasa banget gak sih kontemporernya ?

Perhatikan detail

Add caption


Dulu : Punya sepeda aja udah berasa naik mobil 

Cobek arsty 

Man Power


Galeri ini terdiri dari 3 gedung terpisah. Waktu aku datang, dua gedung digunakan untuk pameran koleksi, satu gedung digunakan untuk pameran tematik. Waktu itu temanya soal Banda. Waktu yang digunakan untuk berkunjung rata – rata 45 – 120 menit. Dengan biaya gratis, ini tempat yang sangat rekomen untuk dikunjungi oleh orang yang menyukai hal – hal out of the box.
Pameran Banda








Tujuan selanjutnya adalah Museum Nasional Indonesia. Letaknya masih di area sekitaran monas. Karena hemat dan cinta kesehatan, aku dan Agnes memilih untuk jalan kaki dari Galeri Nasional sampai Museum Nasional. Lumayan sih. Panas udah pasti, tapi kapan lagi ngiterin sebagian monas sambil jalan. Lihat Perpus Nasional dan beberapa kantor kementrian sambil jalan. Hanya hari itu aja hahaha. Waktu kita datang, museum itu sedang dalam tahap renovasi dan dipindahkan ke gedung di sebelahnya. Museum Nasional ini punya nama lain, Museum Gajah. Kenapa hayo dinamain begitu? Jawabannya karena di depannya ada patung gajah, hadiah raja Rama V dari Thailand. Museum ini mulai dibuka untuk umum sejak tahun 1868.

Hai Gajah 


Kesan pertama setelah masuk adalah : ini museum apa mall hahaha. Luas banget. Setiap lantai dihubungkan dengan escalator. Ada lift juga. Gokil lah. Museum ini punya empat lantai. Masing – masing punya tema sendiri. Lantai pertama temanya adalah manusia dan lingkungan. Di lantai ini, dijelaskan kehidupan manusia saat zaman purbakala. Bagaimana bisa survive di masa lalu. Disini, banyak display tengkorak yang di pajang yang menurut aku bukan suatu awalan yang baik untuk membangun mood mengeksplor museum. Tapi jadi terkesan terasa dinamikanya kalau seluruh lantai di gabung konsepnya menjadi satu.

Lantai selanjutnya bertema ilmu pengetahuan, teknologi, dan ekonomi. Seperti judulnya maka lantai ini dipenuhi oleh benda – benda seperti prasasti, senjata, alat komunikasi, alat transportasi, dan uang. Lantai ini tidak terlalu banyak menyita perhatianku sampai aku lihat bagian jimat. Kagum dan sedikit takut sih, cuma akhirnya bangga Indonesia punya peninggalan yang unik semacam ini.

Lantai 3 temanya soal organisasi sosiual dan pola pemukiman. Lantai ini kesannya lebih humanis, beda dengan lantai sebelumnya yang kaku dan statis. Di lantai ini kita akan disuguhkan hasil karya dari nenek moyang kita seperti miniatur rumah adat, miniatur rumah ibadah, benda – benda religi, perhiasan, dan benda yang digunakan sehari – hari.

Lantai terakhir bertemakan khasanah emas dan keramik. Jelas ini lantai paling bling bling. Sejak dulu ternyata emas menjadi simbol kesuburan, kemakmuran, atau kebahagiaan. Jangan heran kalau di ruangan ini kalian akan menemui banyak variasi benda – benda yang terbuat dari emas. Mulai dari yang kecil seperti mangkuk sampai yang besar seperti arca. Ruangan ini juga memiliki banyak koleksi keramik. Seingatku ruangan ini aku skip, udah terlalu capek hahaha. Dan Agnes haru buru – buru pulang.
Berasa di Mall

Berasa di Mall (2)


Luas banget

Ini yang sering dilihat di buku sejarah, prasasti apa hayo ?







Lucuuuuuuuuu




Fyi, Museum ini tutup di hari Senin. Bukanya hanya di hari Selasa – Minggu jam 08.30 – 16.00. Untuk tiket masuk Museum Gajah sendiri :
Orang dewasa : Rp. 5.000,-
Anak – anak : Rp. 2.000,-
Wisatawan Mancanegara (Wisman) : Rp. 10.000,-
Museum ini juga memberlakukan pembedaan harga untuk kalian yang membawa rombongan, minimal 20 orang. Rinciannya sebagai berikut :
Dewasa : Rp. 3.000,-
Anak – anak : Rp. 1.000,-
Wisman : Rp. 10.000,-

Buat aku sendiri, museum ini cukup menarik untuk dijadikan tempat study tour pelajaran sejarah. Daripada bosen di kelas, museum ini bisa jadi alternatif untuk mengenalkan sejarah ke generasi muda. Untuk wisata secara personal, mungkin akan sedikit membosankan. Museum ini sepertinya lebih seru kalau dikunjungi oleh rombongan. Setelah dari Museum Gajah dan Galeri Nasional maka berakhir pula perjalanan trip melipirku di Jakarta. Tidak pernah menyangka kalau beberapa bulan kemudian aku ke Jakarta lagi dan ke Kota Tua lagi. Next post maybe.



You Might Also Like

1 Comment

  1. The Orleans Hotel & Casino - Mapyro
    Find the cheapest and quickest way to 부산광역 출장마사지 get from The Orleans 전라남도 출장샵 Hotel & Casino to 김포 출장마사지 The 광주광역 출장샵 Orleans Hotel & Casino. Book 창원 출장안마 your stay at The Orleans Hotel & Casino, 3355 S.

    BalasHapus